Hipotesis atau hipotesa adalah
jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih
harus dibuktikan kebenarannya.
Ciri Hipotesis yang
Baik
Satu hipotesis dapat diuji
apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan
hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi
syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja
membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan
hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri
pokok, yakni:
1.
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang
disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah
yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam
istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis
secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel
dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel
dependen.
3.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga
dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan
kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang
dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai
yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di
dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu,
instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran
yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan
metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat
merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus
bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat
spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki
hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan
dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau
negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit
analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan
di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus
dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan
arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.
Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau
hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan
yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Jenis-jenis Hipotesis
:
1. Hipotesis
dilihat dari kategori rumusannya
Dibagi menjadi dua bagian yaitu
(1) hipotesis nihil yang biasa
disingkat dengan Ho
(2) hipotesis alternatif biasanya
disebut hipotesis kerja atau disingkat Ha.
Hipotesis nihil (Ho) yaitu
hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel
dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif (Ha) adalah
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan
variabel lain. Contohnya: Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua
macam, yaitu directional Hypotheses dan non directional Hypotheses (Fraenkel
and Wallen, 1990:42 ; Suharsimi Arikunto, 1989:57).
Hipotesis terarah adalah
hipotesis yang diajukan oleh peneliti, dimana peneliti sudah merumuskan dengan
tegas yang menyatakan bahwa variabel independen memang sudah diprediksi
berpengaruh terhadap variabel dependen. Misalnya: Siswa yang diajar dengan
metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya, dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan menggunakan metode curah pendapat.
Hipotesis tak terarah adalah
hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Fraenkel dan Wallen
(1990:42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah itu menggambarkan bahwa peneliti
tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan
dilakukan.
Contoh: Ada perbedaan pengaruh
penggunaan metode mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Hipotesis dilihat
dari sifat variabel yang akan diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
(1) hipotesis tentang hubungan
dan
(2) hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu
hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau
lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) hubungan yang sifatnya sejajar tidak
timbal balik, (b) hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik, (c) hubungan
yang menunjuk pada sebab akibat tetapi timbal balik.
·
Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal
balik, contohnya: Hubungan antara kemampuan fisika dengan kimia. Nilai fisika
mempunyai hubungan sejajar dengan nilai kimia, tetapi tidak merupakan sebab
akibat dan timbal balik. Nilai fisika yang tinggi tidak menyebabkan nilai kimia
yang tinggi, dan sebaliknya. Keduanya memiliki hubungan mungkin disebabkan
karena faktor lain, mungkin kebiasaan berpikir logik (tentang ke IPA-an)
sehingga mengakibatkan adanya hubungan antara keduanya.
·
Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
Contohnya: Hubungan antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Semakin
tinggi tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya, dan
sebaliknya.
·
Hubungan yang menunjuk pada sebab-akibat, tetapi
tidak timbal balik. Contohnya hubungan antara waktu PBM, dengan kejenuhan
siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa semakin jenuh terhadap
pelajaran yang disampaikan.
Sedangkan hipotesis tentang
perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu
pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai
penelitian komparatif dan eksperimen.
Contoh (1): Ada perbedaan pretasi belajar siswa SMA antara
yang diajar dengan metode ceramah + tanya jawab (CT) dan metode diskusi
(penelitian eksperimen).
Contoh (2): Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara
yang berada di kota dan di desa (penelitian komparatif).
3. Jenis Hipotesis
yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Ditinjau dari keluasan dan
lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis
minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel
dan seluruh objek penelitian, sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang
terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari
hipotesis mayor).
Contoh: Hipotesis Mayor
“Ada hubungan antara keadaan
sosial ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa SMP”.
Contoh: Hipotesis Minor.
1.
Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa SMP.
2.
Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SMP.
3.
Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SMP.